Entitas terpisah

Konsep entitas terpisah menyatakan bahwa kita harus selalu mencatat transaksi bisnis dan pemiliknya secara terpisah. Jika tidak, ada risiko besar bahwa transaksi keduanya akan bercampur. Sebagai contoh:

  • Seorang pemilik tidak dapat mengeluarkan dana dari bisnis tanpa mencatatnya sebagai pinjaman, kompensasi, atau distribusi ekuitas. Jika tidak, pemilik dapat membeli sesuatu (seperti real estat) dan meninggalkannya di pembukuan bisnis, padahal sebenarnya pemilik memperlakukannya sebagai milik pribadi.
  • Seorang pemilik tidak dapat memberikan dana ke bisnis tanpa mencatatnya sebagai pinjaman atau pembelian saham. Jika tidak, uang tunai yang tidak berdokumen muncul dalam bisnis.
  • Seorang pemilik adalah investor tunggal dalam sebuah bangunan, dan mengatur agar bisnisnya beroperasi dari gedung itu dengan imbalan pembayaran sewa bulanan. Bisnis harus melaporkan pembayaran ini sebagai pengeluaran, dan pemilik harus melaporkannya sebagai pendapatan kena pajak.

Konsep entitas terpisah berguna untuk menentukan profitabilitas sebenarnya dan posisi keuangan bisnis. Ini juga harus diterapkan pada divisi operasi bisnis, sehingga kita dapat menentukan informasi yang sama secara terpisah untuk setiap divisi. Konsep ini lebih sulit diterapkan di tingkat divisi, karena terdapat godaan untuk mengalokasikan biaya perusahaan kepada masing-masing anak perusahaan; hal ini mempersulit untuk memastikan profitabilitas dan posisi keuangan pada tingkat unit operasi.

Setelah kebijakan dan prosedur akuntansi untuk entitas yang terpisah telah dinyatakan, kebijakan dan prosedur tersebut harus diikuti secara konsisten; jika tidak, akan terus ada area abu-abu terkait transaksi milik pemilik atau entitas yang terpisah.

Konsep entitas terpisah juga berguna jika ada penilaian hukum terhadap bisnis, karena pemilik tidak ingin aset pribadinya bercampur dengan aset bisnis, dan karena itu dapat disita.

Artikel Terkait