Apa itu aset tidak berwujud?

Aset tidak berwujud adalah aset yang tidak memiliki substansi fisik. Contoh aset ini adalah paten, merek dagang, hak cipta, dan daftar pelanggan. Organisasi yang telah menginvestasikan sejumlah besar uang untuk membangun merek mungkin menemukan bahwa nilai aset tak berwujud mereka jauh melebihi nilai aset fisik mereka. Suatu organisasi biasanya juga memiliki banyak aset berwujud, seperti gedung, tanah, dan mesin.

Untuk mencatat aset tidak berwujud dalam catatan akuntansi, aset tersebut harus dibeli (tidak dikembangkan secara internal) dan memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Setelah dicatat sebagai aset, aset tidak berwujud diamortisasi selama masa manfaatnya, biasanya menggunakan metode amortisasi garis lurus. Amortisasi sama dengan depresiasi, dengan maksud untuk secara bertahap mengurangi jumlah tercatat aset menjadi nol, dengan demikian memperhitungkan konsumsi aset secara bertahap.

Jika aset tidak berwujud dianggap memiliki umur tak tentu, maka tidak diamortisasi sama sekali. Sebaliknya, secara berkala diuji untuk melihat apakah biaya perolehan aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai terjadi ketika nilai wajar aset turun di bawah nilai tercatatnya. Jika terjadi penurunan nilai, selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat dibebankan ke aset, sehingga nilai tercatat tersebut diturunkan menjadi nilai wajarnya.

Aset tidak berwujud dicatat sebesar biaya perolehannya. Jadi, jika paten dibeli dari pihak ketiga, harga yang dibayarkan untuk paten dicatat sebagai aset tidak berwujud. Jika paten diperoleh sebagai bagian dari akuisisi bisnis, paten tersebut dicatat oleh pihak pengakuisisi sebesar biaya yang dialokasikan untuk paten tersebut, yang diturunkan dari nilai wajarnya pada tanggal akuisisi.

Aset tidak berwujud biasanya tidak dapat digunakan sebagai jaminan atas pinjaman, karena tidak mudah dilikuidasi untuk memberi kompensasi kepada pemberi pinjaman.

Artikel Terkait