Rasio ekuitas

Rasio ekuitas mengukur jumlah leverage yang digunakan bisnis. Ini dilakukan dengan membandingkan total investasi dalam aset dengan jumlah total ekuitas. Jika hasil penghitungan tinggi, hal ini menyiratkan bahwa manajemen telah meminimalkan penggunaan utang untuk mendanai kebutuhan asetnya, yang merupakan cara konservatif untuk menjalankan entitas. Sebaliknya, rasio yang rendah menunjukkan bahwa sejumlah besar hutang digunakan untuk membayar aset tersebut. Untuk menghitung rasio ekuitas, bagi total ekuitas dengan total aset (keduanya ditemukan di neraca). Rumusnya adalah:

Total ekuitas รท Total aset

Misalnya, ABC International memiliki total ekuitas $ 500.000 dan total aset $ 750.000. Hal ini menghasilkan rasio ekuitas 67%, dan menyiratkan bahwa 2/3 dari aset perusahaan dibayar dengan ekuitas.

Rasio ekuitas yang rendah tidak selalu buruk. Artinya, jika bisnis menguntungkan, pengembalian investasi cukup tinggi, karena investor tidak perlu menginvestasikan dana dalam jumlah yang berlebihan dibandingkan dengan pengembalian yang dihasilkan. Namun, jika hasil perusahaan menjadi tidak menguntungkan, beban bunga yang terkait dengan hutang dapat dengan cepat menghilangkan semua cadangan kas dan membuat perusahaan bangkrut. Skenario ini tidak selalu terjadi ketika suku bunga rendah, karena hanya membutuhkan sedikit arus kas untuk membayar biaya bunga yang sedang berjalan.

Rasio ekuitas yang rendah lebih mudah bagi bisnis untuk bertahan dalam industri di mana penjualan dan keuntungan memiliki volatilitas minimal dari waktu ke waktu. Sebaliknya, industri yang sangat kompetitif dengan pangsa pasar yang terus berubah dapat menjadi tempat yang buruk untuk memiliki rasio ekuitas yang rendah.

Calon investor dan kreditor lebih suka melihat rasio ekuitas yang tinggi, karena ini menyiratkan bahwa perusahaan dikelola secara konservatif dan selalu membayar tagihannya tepat waktu.

Artikel Terkait